Para Peneliti Masih Menyelidiki Misteri Kenapa Kura-kura Raksasa Bisa Hidup Sampai Ratusan Tahun
Jakarta - Di dunia fabel, mungkin kelinci menang dalam lomba lari melawan kura-kura. Namun Kura-kura akan menang jika pertandingannya adalah seberapa lama dalam bertahan hidup.
Gaya hidup kura-kura raksasa yang pelan tapi pasti, mengantar binatang bertempurung tersebut hidup di atas seratus tahun.
Bahkan, dilansir dari Mental Floss, kura-kura raksasa tertua adalah Jonathan yang kini berusia 184 tahun dan sekarang tinggal di St. Helena Island, sebuah pulau dalam kepulauan Tristan de Cunha di Samudera Atlantik yang terpencil. Jonathan pun jadi binatang yang tertua di dunia saat ini.
Secara tidak resmi, banyak yang mengklaim memiliki kura-kura yang lebih tua. Seperti di India yang mengklaim memiliki kura-kura yang berumur 255 tahun ketika ia meninggal di tahun 2006 silam.
Hal ini menjadi perhatian besar bagi para ilmuwan, yang ingin juga mencari rahasia dari panjangnya umur kura-kura raksasa. Prediksi awal dari para ilmuwan, tentu dari gaya hidup serba pelan yang diusung para kura-kura ini.
Namun hal tersebut memang sulit disanggah. Kura-kura raksasa yang memiliki metabolisme sangat lambat, tentu membakar energi dalam jumlah yang lebih rendah ketimbang binatang lain yang lebih kecil dan lebih cepat.
Di tahun 1908, fisiologis bernama Max Rubner memperkenalkan teori 'rasio hidup,' yang merupakan perbandingan terbalik antara metabolisme dan angka harapan hidup. Jadi jika metabolisme cepat, angka harapan hidup akan turun. Namun hal ini banyak diperdebatkan oleh para ilmuwan, dan ilmuwan masih mencari hubungan yang lebih pasti antara metabolisme dan panjangnya umur.
Muncul prediksi bahwa metabolisme ternyata dihubung-hubungkan dengan terciptanya radikal bebas, yang merupakan molekul tak stabil yang bisa merusak sel. Radikal bebas ini makin banyak setara dengan energi yang dibakar oleh tubuh.
Jika mengacu pada teori ini, kura-kura raksasa hidup lebih lama karena metabolismenya yang lambat membakar lebih sedikit energi. Hal ini menyebabkan radikal bebas yang sedikit, dan sedikit pula sel berbahaya dalam tubuhnya.
Perilaku reproduksi serta bentuk mereka juga digadang-gadang sebagai pemicu panjangnya umur. Bentuk mereka yang besar, terlindungi oleh tempurung yang kuat, serta seara geografis hanya hidup di pulau tertentu, membuat kura-kura tak memiliki predator yang akan memangsanya.
Karena spesies mereka terjaga dari killer pula, mereka juga 'santai' dalam hal reproduksi. Kura-kura raksasa menjaga cadangan sumber daya biologisnya, dan menjaga mereka tetap hidup.
Semua teori ini memiliki kelemahan dan pertanyaan yang tak terjawab. Namun para ilmuwan percaya bahwa kombinasi dari faktor biologis dan faktor evolusi lah yang membuat kura-kura raksasa bisa tetap hidup panjang umur hingga di age sekarang.
Hal ini sepertinya jauh dari 'gen ajaib' yang sepertinya dicari oleh para ilmuwan, untuk diterapkan di manusia.
Bahkan, dilansir dari Mental Floss, kura-kura raksasa tertua adalah Jonathan yang kini berusia 184 tahun dan sekarang tinggal di St. Helena Island, sebuah pulau dalam kepulauan Tristan de Cunha di Samudera Atlantik yang terpencil. Jonathan pun jadi binatang yang tertua di dunia saat ini.
Secara tidak resmi, banyak yang mengklaim memiliki kura-kura yang lebih tua. Seperti di India yang mengklaim memiliki kura-kura yang berumur 255 tahun ketika ia meninggal di tahun 2006 silam.
Hal ini menjadi perhatian besar bagi para ilmuwan, yang ingin juga mencari rahasia dari panjangnya umur kura-kura raksasa. Prediksi awal dari para ilmuwan, tentu dari gaya hidup serba pelan yang diusung para kura-kura ini.
Namun hal tersebut memang sulit disanggah. Kura-kura raksasa yang memiliki metabolisme sangat lambat, tentu membakar energi dalam jumlah yang lebih rendah ketimbang binatang lain yang lebih kecil dan lebih cepat.
Di tahun 1908, fisiologis bernama Max Rubner memperkenalkan teori 'rasio hidup,' yang merupakan perbandingan terbalik antara metabolisme dan angka harapan hidup. Jadi jika metabolisme cepat, angka harapan hidup akan turun. Namun hal ini banyak diperdebatkan oleh para ilmuwan, dan ilmuwan masih mencari hubungan yang lebih pasti antara metabolisme dan panjangnya umur.
Muncul prediksi bahwa metabolisme ternyata dihubung-hubungkan dengan terciptanya radikal bebas, yang merupakan molekul tak stabil yang bisa merusak sel. Radikal bebas ini makin banyak setara dengan energi yang dibakar oleh tubuh.
Jika mengacu pada teori ini, kura-kura raksasa hidup lebih lama karena metabolismenya yang lambat membakar lebih sedikit energi. Hal ini menyebabkan radikal bebas yang sedikit, dan sedikit pula sel berbahaya dalam tubuhnya.
Perilaku reproduksi serta bentuk mereka juga digadang-gadang sebagai pemicu panjangnya umur. Bentuk mereka yang besar, terlindungi oleh tempurung yang kuat, serta seara geografis hanya hidup di pulau tertentu, membuat kura-kura tak memiliki predator yang akan memangsanya.
Karena spesies mereka terjaga dari killer pula, mereka juga 'santai' dalam hal reproduksi. Kura-kura raksasa menjaga cadangan sumber daya biologisnya, dan menjaga mereka tetap hidup.
Semua teori ini memiliki kelemahan dan pertanyaan yang tak terjawab. Namun para ilmuwan percaya bahwa kombinasi dari faktor biologis dan faktor evolusi lah yang membuat kura-kura raksasa bisa tetap hidup panjang umur hingga di age sekarang.
Hal ini sepertinya jauh dari 'gen ajaib' yang sepertinya dicari oleh para ilmuwan, untuk diterapkan di manusia.
Komentar
Posting Komentar